Para cendekiawan terbagi menurut cara mereka memahami bagian ini dalam hal konteks sejarah dan budayanya. Beberapa cendekiawani percaya bahwa laki-laki dan perempuan setara dengan sempurna dalam segala hal (kepercayaan ini dikenal dengan paham kesederajatan). Beberapa cendekiawan lainnya percaya bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan secara berbeda dan untuk melayani dalam peran yang berbeda di dalam pernikahan dan gereja (kepercayaan ini dikenal sebagai aliran pelengkap). Bagaimana cara seseorang memahami persoalan ini bisa mempengaruhi bagaimana bagian ini diterjemahkan.
Bagian ini tidak memaafkan perbudakan sebagai suatu praktik yang dapat diterima. Pengajaran Paulus mengenai perbudakan bersifat agak radikal pada masanya karena tuan-tuan tidak diharapkan memperlakukan para budaknya dengan cara yang baik. Secara keseluruhan, fokus Paulus adalah pada kehidupan yang berkenan kepada Allah tanpa memandang keadaan-keadaan hidup seseorang. Penerjemah perlu mengingat bahwa Paulus berada di dalam penjara ketika ia menuliskan perkataan-perkataan ini.